Tri Angga dalam Arsitektur


Tri Angga dalam arsitektur rumah dan kawasan pemukiman adalah pengaturan tata ruang untuk kenyamanan, keselarasan dan keharmonisan manusia dengan lingkungannya baik dalam skala rumah (umah) maupun perumahan (desa). 

Arahan tata nilai tersebut secara vertikal dan secara horisontal yang disebut dengan Tri Mandala.

Tata nila dengan konsep Hulu-Teben merupakan pedoman tata nilai di dalam mencapai tujuan penyelarasan antara Bhuwana agung dan Bhuwana alit dimana Hulu-Teben memiliki orientasi antara lain:
  • Berdasarkan sumbu bumi yaitu: arah kaja-kelod (gunung dan laut), 
  • Arah tinggi-rendah (tegeh dan lebah), 
  • Berdasarkan sumbu Matahari yaitu; Timur-Barat (Matahari terbit dan terbenam)
Tata nilai berdasarkan sumbu bumi (kaja/gunung-kelod/laut), memberikan nilai utama pada arah kaja (gunung) dan nista pada arah kelod (laut), sedangkan berdasarkan sumbu matahari; nilai utama pada arah matahari terbit dan nista pada arah matahari terbenam.

Jika kedua sistem tata nilai ini digabungkan, secara imajiner akan terbentuk pola Sanga Mandala, yang membagi ruang menjadi sembilan segmen, sebagaimana yang disebutkan Tri Angga ini digunakan dalam konsep Perumahan dan Pemukiman Tradisional yang asri dan berbudaya Bali.

Begitu pula disebutkan bagi rumah tinggal yang menggunakan konsep asta kosala kosali dengan teknik konstruksi Tri Angga, juga terdiri dari : Nista, Madya dan Utama.
***